Melihat melampaui COVID-19

Menuju Aspirasi Pertumbuhan Indonesia

Melihat melampaui COVID-19: Menuju Aspirasi Pertumbuhan Indonesia

Pada acara webinar yang diselenggarakan oleh PT Bank HSBC Indonesia, Ali Setiawan, Managing Director - Head of Global Markets and Securities Services PT Bank HSBC Indonesia, berbagi informasi tentang analisa dampak pandemi dan status pasar Asia saat ini.

Laporan dari PT Bank HSBC Indonesia menunjukkan Asia termasuk salah satu kawasan yang terdampak lebih sedikit dibanding kawasan lain di dunia, meskipun tidak dengan selisih yang besar.

“Tampaknya Asia telah melakukan (penanganan Covid-19) dengan sangat baik dalam menahan (laju penularan Covid) dan dalam mengatasi sisuasi (terkait pandemi), terutama jika dibandingkan dengan AS dan Eropa,” kata Ali Setiawan dalam webinar tersebut.

Dalam sambutan pembukaannya, Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt mengatakan bahwa “pandemi COVID-19 pada skala global telah memaksa individu, perusahaan dan pemerintah untuk memikirkan kembali strategi dan perkiraan pertumbuhan (ekonomi) mereka. Indonesia juga terkena dampak pandemi, yang berdampak pada aspek kesehatan dan perekonomian. Beberapa perusahaan harus menutup operasinya dan jutaan orang Indonesia kehilangan pekerjaan.”

“Industri seperti F&B, ritel, real estat, dan keuangan, harus memikirkan model bisnis baru untuk memperhitungkan apa yang disebut ‘tatanan baru' (new normal) dan bahkan setelah pandemi, kami berharap kebiasaan 'bekerja dari rumah' akan tetap menjadi salah satu pola baru. Pelaku industri baik dari industri manufaktur, pendidikan, logistik, kesehatan harus menciptakan lingkungan kerja yang lebih sadar akan pentingnya menjaga protokol kesehatan, selain juga menghadirkan lingkungan kerja yang kondusif sehingga bisnis mereka dapat beroperasi dengan aman, ” tambah Francois.

Tidak siap menghadapi pandemi, Eropa mengalami jumlah kematian tertinggi sejak April hingga Juni, dan jumlah kasus terendah sekitar waktu yang sama. Jumlah ini sempat menyusut karena gelombang pandemi mereda dari Agustus hingga September, tetapi mendapatkan momentum untuk kembali naik saat pandemi memasuki gelombang kedua pada awal Oktober.

Berdasarkan perhitungan per kapita, sebagian besar Asia tidak terlalu terpengaruh. Cina, Thailand, dan Taiwan tetap memimpin dengan jumlah kasus kumulatif per juta populasi paling sedikit. Di lain pihak, Brasil, Amerika Serikat, dan Singapura, mempunyai angka kasus per kapita tertinggi.

Dalam sebuah diskusi tertutup mengenai pemilihan umum di AS, Ernest Bower IV, Presiden dan CEO Bower Group Asia mengomentari iklim politik AS saat ini. “Suasana hati para petinggi di Washington kini terdiri dari campuran antara kelegaan eksistensial pada satu sisi tetapi kecemasan yang terus menerus tentang bagaimana mengambil langkah berikutnya. Joe Biden dan Kamala Harris memenangkan pemilihan ini; mereka akan mengambil alih kursi kepresidenan pada Januari, ”kata Ernest.

"Ada barisan yang cukup bersatu pada permukaan, umumnya mereka adalah orang-orang yang berusaha untuk menghindari menjawab pertanyaan sulit tentang presiden dan transisi. Sementara di belakang layar, semua orang tahu dia (Trump) kalah dalam pemilihan, dia harus pergi," kata Ernest mengacu pada penolakan Trump untuk mengakui pemilihan.
"Saya pikir risiko sebenarnya dalam transisi adalah penolakan Trump untuk bekerja sama dalam transisi, dan itu berdampak besar pada keamanan nasional," tambahnya.

“Indonesia mengalami masa yang sangat sulit dengan pandemi, seperti yang dialami di Amerika Serikat, tetapi Presiden (Trump) pada dasarnya telah mengabaikan pandemi karena kita mencapai seperempat juta orang meninggal di Amerika Serikat karena COVID. Sementara itu dibalik layar, partai Republik terus bekerja keras mencoba dan mendorong presiden untuk melakukan hal yang benar dan melakukan transisi, ”kata Ernest.

Pandemi telah menimbulkan malapetaka pada perekonomian di seluruh negara ASEAN. Dampak paling signifikan adalah pada sektor pariwisata dan terganggunya perjalanan udara, serta hilangnya kepercayaan di kalangan bisnis dan konsumen. “Pada kuartal II ini kita bisa melihat aktivitas yang turun cukup banyak untuk sejumlah industri, termasuk industri otomotif yang beberapa penjualannya turun hingga 90 persen,” kata Ali.

Menurut ASEAN Policy Report yang diterbitkan pada bulan April, di awal pandemi, banyak negara, termasuk negara-negara di Asia, tidak mengantisipasi dampak selanjutnya dan meremehkan antisipasinya.
IMF awalnya menyatakan dampak COVID akan terbatas, yakni menarik turun pertumbuhan ekonomi sekitar 0,1 poin dari perkiraan pertumbuhan ekonomi global di angka 3,3 persen di 2020. Sebulan sejak mengeluarkan pernyataan awal tersebut, IMF mengumumkan pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini.
Analisa yang lebih tajam terlihat pada laporan Asian Development Outlook oleh Bank Pembangunan Asia, atau ADB, yang memberikan indikasi besarnya dampak yang terlihat, berdasarkan angka penularan baru dan proyeksi pertumbuhan ekonomi didunia pada masa sebelum pandemi merebak.
ADB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk Negara Berkembang Asia sebesar 3,0 poin, menjadi 2,2 persen, dan untuk ASEAN sebesar 3,7 poin menjadi 1,0 persen.

Sulit untuk melebih-lebihkan dampak COVID-19 terhadap ekonomi, terutama terkait lapangan kerja, atau ketiadaan lapangan kerja, karena yang terjadi dilapangan begitu nyata. Tingkat pengangguran terdongkrak naik di Filipina, sebagian karena manajemen pembatasan sosial yang parah tidak baik. Indonesia ada di tempat kedua terparah. Thailand dapat diklaim sebagai yang paling sedikit terimbas.
Selain itu, laporan HSBC juga menyatakan bahwa lapangan kerja terkait manufaktur kemungkinan akan terus menyusut. “Di sektor terkait konsumen, kita bisa melihat bahwa masyarakat berpenghasilan menengah tidak mengeluarkan uang sebanyak sebelumnya, menyimpan uangnya di rekening tabungan dan cukup jelas mengapa sebagian besar nasabah pada Bank Buku III dan buku IV dibanjiri likuiditas rupiah. Pada saat yang sama masyarakat berpenghasilan rendah menderita karena mayoritas dari mereka adalah pekerja informal dan mereka mulai kehilangan pekerjaan.
“Sebelum berakhirnya triwulan II saat Idul Fitri mereka masih bisa mengandalkan simpanan dari uang pesangon terakhir dan lainnya. Tapi setelah itu mereka harus berjuang keras untuk mendapatkan pekerjaan atau mencari nafkah untuk keluarganya, ”jelas Ali saat memaparkan.

Di ASEAN, bahkan sebelum wabah merebak, investasi asing sudah mulai berkurang karena meningkatnya risiko dari ketegangan perdagangan antara AS dan China. Investasi menjadi merosot cukup tajam di tengah lockdown, tetapi Thailand kembali menunjukkan ketahanan terhadap dampak tersebut. Dilain pihak, angka investasi menyusut secara keseluruhan pada kuartal kedua. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh pandemi juga memicu arus keluar modal yang cepat, menyebabkan penurunan pasar dan depresiasi nilai tukar yang cepat di seluruh kawasan pada awal tahun.

Terkait Indonesia dan ASEAN secara umum, panelis Steven Okun, Senior Advisor McLarty and Associates Singapore, memaparkan tentang hubungan luar negeri antara Indonesia dan Amerika Serikat setelah transisi AS menjadi presiden Joe Biden. "Dua hal yang perlu diingat, akan ada pendekatan terintegrasi untuk kebijakan luar negeri, akan ada hubungan langsung dengan CDC (Centers for Disease Control and Prevention)," kata Steven.
“Akan ada banyak kesempatan bagi Indonesia untuk bekerja secara langsung dengan para ahli, dan akan ada banyak peluang untuk mendapatkan investasi ke Indonesia melalui US International Development Finance Corporation,” tambahnya.

Mengakhiri webinar, Direktur Perbankan Komersial HSBC Indonesia Eri Budiono mengatakan HSBC berporos ke Asia dan meningkatkan investasi di kawasan ini. “Kami [HSBC] memiliki kemampuan yang tak tertandingi untuk menghubungkan Asia ke seluruh dunia. Kami senang bahwa Asia memimpin pemulihan ekonomi dan kami terdorong untuk juga melihat 15 negara di Asia Pasifik yang telah menandatangani kesepakatan perdagangan terbesar RECP selama akhir pekan sebagai langkah ke arah yang benar untuk integrasi ekonomi di kawasan itu, ”katanya.

“Indonesia adalah bagian penting dari ASEAN yang mewakili strategi geografis utama kami bersama China dan India. Kami terus mengembangkan franchise kami di sini dan berinvestasi dalam teknologi digital untuk mendukung klien kami saat mereka melacak cepat perjalanan transformasi digital mereka, ”tambah Eri.

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan kematian lebih dari satu juta populasi di dunia, dengan lebih dari 58 juta kasus yang terkonfirmasi. Selain kematian akibat penyakit dan efek kesehatan masyarakat, pandemi telah menyebabkan implikasi ekonomi yang signifikan dan bertahan lama. Akan tetapi jika setiap individu dapat bekerja sama untuk menekan virus dan melindungi satu sama lain dengan mengikuti dengan mengenakan masker dan menjaga jarak sosial, dan pemerintah menerapkan tindakan serius untuk mengatasi pandemi, maka mungkin masih ada harapan bahwa kita bisa menemukan jalan keluar.

Solusi untuk bisnis Anda