Opportunities and challenges of FMCG industry in Indonesia
  • Mengelola arus kas
    • Mengaktifkan pertumbuhan

Industri FMCG di Indonesia: Peluang dan Tantangan

  • Artikel

Industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di Indonesia dianggap sebagai salah satu industri yang menarik dengan nilai penjualan sebesar lebih dari 10 milyar dollar AS seiring dengan pertumbuhan golongan menengah di negara ini. FMCG telah lama dianggap sebagai salah satu faktor pendorong pergerakan ekonomi, dan angka-angkanya menunjukkan potensi yang menjanjikan. Dengan lebih dari 255 juta penduduk dan lebih dari setengahnya berada di usia produktif, trend positif ini diharapkan akan terus berlanjut seiring bertumbuhnya angka pertumbuhan belanja yang mencapai 11.8% pada kurun waktu 2010-2015 dan rata-rata pertumbuhan industri retail FMCG yang mencapai 10.8% pada tahun 2015. Pertumbuhan yang positif ini juga meluas ke daerah-daerah di luar Pulau Jawa dan wilayah pedesaan yang mengalami lonjakan permintaan logistik yang efektif di wilayah-wilayah tersebut. Namun meski terdapat trend positif, terdapat sejumlah variasi pada pertumbuhan tahunan untuk produk-produk tertentu, seperti misalnya industri makanan yang membukukan pertumbuhan 38% per Agustus 2016 namun hanya 12% untuk industri alat-alat pemeliharaan rumah tangga. Secara keseluruhan, produk-produk FMCG telah sukses menyumbangkan 18.5% terhadap PDB nasional pada tahun 2016; dan angka ini diharapkan mencapai 30% pada tahun 2030.

Berbicara dalam acara FMCG Sector Updates HSBC 2016 di Jakarta baru-baru ini, Bpk. Djatmiko Bris Wicaksono, Direktur Perundingan Bilateral, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, menggarisbawahi kepercayaan diri pemerintah dalam mengamati perekonomian Indonesia, khususnya pada sektor FMCG. Kementerian Perdagangan telah meletakkan dasar-dasar bagi ekspansi pasar baik di arena domestik maupun global. Di pasar domestik, pemerintah meningkatkan upaya penegakan hukum guna memastikan perlindungan konsumen dan kepatuhan standar terhadap peraturan perdagangan. Pemerintah juga mendorong kemudahan berbisnis melalui serangkaian inovasi kebijakan fiskal dan moneter, perluasan infrastruktur, dan pengembangan UMKM. Di pasar global, pelaksanaan negosiasi dengan organisasi perdagangan dan perjanjian bilateral dengan banyak negara terus dilakukan guna meningkatkan posisi Indonesia di pasar FMCG global.

Kepercayaan diri yang sama juga disuarakan oleh Bpk. Hardianto Atmadja, CEO GarudaFood Group, yang memperkirakan peningkatan trend dan peluang di tahun 2017 dengan menargetkan golongan menengah yang jumlahnya meningkat dan dengan perilaku belanja yang bergeser ke arah kanal-kanal modern melalui toko serba ada dan e-commerce, meski pertumbuhan e-commerce diramalkan akan moderat dan hanya produk popok bayi yang akan mengalami pertumbuhan yang menjanjikan. Bpk. Ali Setiawan, Managing Director, Head of Global Markets HSBC Indonesia, juga menggarisbawahi naiknya konsumsi domestik meski angka pertumbuhan diperkirakan akan moderat di angka 5.2% pada tahun 2017. Peningkatan konsumsi dan pertumbuhan pasar akan terlihat pada pasar pedesaan yang besar dan belum tersentuh dan masih mengalami pertumbuhan yang lambat dibandingkan dengan daerah perkotaan. Patut pula menjadi perhatian bahwa perilaku konsumen bergeser oleh karena pertimbangan gaya hidup sehat dan paradigma konsumen bergeser dalam memilih produk makanan, perawatan tubuh dan kecantikan serta kebersihan diri. Peluang lainnya yang patut dipantau adalah bertumbuhnya pemasaran digital di mana peluncuran produk baru dan inovasi produk FMCG serta penanganan konsumen berjalan pada platform digital (media sosial) dan berpotensi meningkatkan keuntungan ke tingkat yang baru.

Tahun yang akan datang juga menyimpan tantangan yang patut diperhitungkan. Uni Eropa masih terjebak dalam perlambatan ekonomi dan ketidakpastian serta penyesuaian pasca Brexit. Pemilihan presiden Amerika Serikat, yang dimenangkan oleh Donald Trump, juga menguatirkan oleh karena presiden terpilih AS telah bersumpah untuk meningkatkan proteksionisme, termasuk menarik diri dari Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik (TPP). Tanpa kehadiran AS sebagai salah satu pemain utama pada TPP, Tiongkok kini dianggap sebagai pemain potensial yang dapat mengubah keadaan dengan laju pertumbuhannya yang cepat; meski negara tersebut juga sedang mengalami masalahnya sendiri seperti perlambatan ekonomi dan meningkatnya konflik di Laut Cina Selatan. Namun, kekuatiran ini dapat pula menjadi berkah. Kurangnya kepercayaan diri terhadap pasar-pasar tradisional membuka akses dan peluang baru bagi perluasan pasar di negara-negara Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah, dan Amerika Latin. Peluang ini dapat dimanfaatkan dengan cara produksi dan ekspor produk makanan bernilai tambah (makanan/buah kaleng), penetrasi pasar makanan dan kosmetik halal, dan, antara lain, menyediakan produk-produk berkualitas tinggi lainnya sebagai bahan baku produk minuman premium. Bpk. Hardianto dari GarudaFood juga menyambut pemain asing yang besar di pasar domestik dengan menciptakan skema kerjasama dengan kompetitor guna menciptakan pasar baru.

Perkiraan pasar FMCG di Indonesia diwarnai oleh peluang yang besar dan risiko yang harus diperhitungkan. Namun, untuk dapat memasuki era baru, sangat penting bagi kita untuk mengedepankan semangat keterbukaan dan persaingan sehat. Semangat keterbukaan akan membawa Indonesia lebih dekat ke rantai nilai global dan memperdalam hubungan dengan para mitra di level bilateral, regional, dan multilateral atau internasional. Sementara itu, semangat persaingan sehat akan memampukan kita untuk berkompetisi di pasar domestik dan global. Akhirnya, Bpk. Ali Setiawan dari HSBC Indonesia menutup diskusi dengan menggarisbawahi pentingnya memelihara uji kelayakan (due diligence) seiring kita meletakkan dasar-dasar yang baik dan infrastruktur yang baik guna mendukung perekonomian.

DJATMIKO BRIS WITJAKSONO, DIREKTUR PERUNDINGAN BILATERAL, KEMETERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

DISKUSI PANEL BERSAMA DJATMIKO BRIS WITJAKSONO (DIREKTUR PERUNDINGAN BILATERAL, KEMETERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA), HARDIANTO ATMADJA (CEO GARUDAFOOD GROUP), ALI SETIAWAN (HEAD OF GLOBAL MARKETS HSBC INDONESIA)

DISKUSI PANEL BERSAMA DJATMIKO BRIS WITJAKSONO (DIREKTUR PERUNDINGAN BILATERAL, KEMETERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA), HARDIANTO ATMADJA (CEO GARUDAFOOD GROUP), ALI SETIAWAN (HEAD OF GLOBAL MARKETS HSBC INDONESIA)

Hubungi kami

Bicara, telepon atau buat perjanjian