Top reasons to invest in Indonesia
  • Menumbuhkan bisnis
    • Memperluas bisnis di luar negri

Memanfaatkan peluang proyek infrastruktur bilateral melalui Belt and Road Initiative

  • Artikel

Sebagai bagian dari skema pembiayaan Belt and Road Initiative (BRI), China memiliki komitmen dalam menyediakan dana lebih dari USD 100 miliar untuk kawasan Asia Tenggara. Hal ini ditujukan untuk menjangkau 20 negara dalam 6 koridor perekonomian serta mengembangkan 58 pusat ekonomi baru yang diharapkan dapat menghasilkan pajak penghasilan sebesar lebih dari USD 1,1 miliar dan menyediakan 180.000 kesempatan kerja di negara-negara tersebut.

Dalam periode 5 tahun terakhir, investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) China di Indonesia tumbuh pesat, dari peringkat ke-12 di tahun 2010 menjadi peringkat ke-3 di 2017, dengan lebih dari 5.000 proyek senilai USD 7.89 miliar. Sektor sekunder (industri manufaktur) merupakan sektor terbesar (64,1%) dalam periode tersebut, dengan investasi terbesar dalam industri metal, permesinan dan elektronik. Sebagian besar investasi tersebut berlokasi di Sulawesi (58,3%) dan Jawa (32,1%).

MENGAPA BERINVESTASI DI INDONESIA?

Peringkat Indonesia dalam Kemudahan Berbisnis (Ease of Doing Business) menunjukkan perkembangan yang positif dalam lima tahun terakhir, dari posisi ke-129 pada tahun 2013 menjadi posisi ke-91 di tahun 2017; serta posisi ke-72 pada awal tahun 2018 ini, Indonesia diakui sebagai salah satu negara dengan tingkat kemajuan terbaik. Indonesia juga memperoleh peringkat yang lebih baik dalam Indeks Daya Saing Global dengan perbaikan nilai terkait faktor kelembagaan, infrastruktur, makroekonomi, kesehatan, pendidikan dasar, kesiapan teknologi dan kecanggihan usaha.

Pemerintah Indonesia telah memberikan fokus perhatian pada upaya reformasi struktural, mencakup reformasi kelembagaan melalui penciptaan institusi dengan tata kelola yang baik serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan; reformasi dalam hal regulasi melalui pengembangan berbagai peraturan yang menunjang inovasi, persaingan dan pertumbuhan; serta reformasi fiskal melalui pengelolaan kebijakan fiskal yang lebih efektif dan efisien. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan teknologi digital, Pemerintah juga telah mengambil berbagai langkah yang diperlukan dalam mengembangkan sistem perizinan digital yang paperless.

MENGAPA INDONESIA?

Dalam bahasan mengenai hubungan dagang antara Indonesia dan China terkait BRI, Husen Maulana, Direktur Pengembangan Promosi Kawasan pada Badan Koordinasi Penamanan Modal, menekankan komitmen Presiden Joko Widodo dalam memperbaiki infrastruktur di Indonesia.

Pemerintah Indonesia saat ini sedang melaksanakan program pengembangan infrastruktur secara besar-besaram dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi negara di masa yang akan datang. Progam ini ditujukan untuk meningkatkan aksesibilitas dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara dan kawasan – termasuk pengembangan jalan umum, jalan tol, jalur kereta dalam kota dan antar kota, pembangkit tenaga listrik, bendungan dan sistem irigasi, fasilitas penyulingan binyak, jaringan rapid transit bus di 29 kota, MRT di 6 kota metropolitan and 17 kota besar, 24 pelabuhan laut, 60 pelabuhan feri, dan 15 pelabuhan udara. Pemerintah juga tengah mengembangkan berbagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, mencakup Zona Ekonomi Khusus, Zona Industri dan Zona Strategis Pariwisata Nasional.

“Dipandang dari potensi dan lokasi strategis di kawasan Asia Tenggara, Indonesia seharusnya dapat melihat manfaat program BRI China,” menurut Maulana.

Empat daerah terintegrasi, yaitu Sumatra Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara dan Bali, saat ini telah diajukan untuk BRI dengan total peluang investasi sebesar USD 17,2 miliar di Sumatra Utara, USD 26,5 miliar di Kalimantan Utara, USD 10,5 miliar di Sulawesi Utara dan USD 10,3 miliar di Bali, termasuk proyek yang didanai Pemerintah serta peluang investasi swasta.

Untuk mendukung pengembangan investasi, Pemerintah Indonesia telah menetapkan prioritas untuk 5 sektor investasi, yang mencakup infrastruktur, industri manufaktur, industri gaya hidup, maritim dan pariwisata. Sepuluh tujuan wisata baru berada dalam daftar prioritas pengembangan, mencakup Zona Ekonomi Khusus untuk Pariwisata maupun Zona Pariwisata Strategis.

Untuk tahun 2018, beberapa kegiatan promosi investasi yang telah dijadwalkan mencakup Forum Investasi Regional 2018 (Yogyakarta, 14015 Maret), Voyage to Indonesia 2018 dan IMF – World Bank Annual Meetings 2018 (Bali, 8-14 Oktober), yang juga mencakup kegiatan-kegiatan lain terkait investasi dan kebudayaan. HSBC akan menjadi salah satu rekanan Pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan berbagai kegiatan di Bali tersebut, dengan fokus perhatian untuk mempromosikan BRI di Indonesia.

Sebagai salah satu pembicara dalam forum, Mrs. Do Pang Wai-Yee, Direktur-Jendral Hong Kong Economic and Trade Office menekankan pentingnya peranan Hong Kong sebagai penghubung utama bagi BRI, terutama karena posisi geografis negara tersebut serta manfaat ganda dari kedudukannya sebagai Satu Negara dengan Dua Sistem. Hong Kong memiliki kelebihan karena selain dari fungsinya sebagai pusat keuangan internasional, Hong Kong juga menjadi penghubung internasional untuk logistik, pengapalan dan transportasi; serta memiliki kemampuan untuk memberikan layanan profesional yang canggih. Mempertimbangkan Mainland China sebagai mitra dagang terbesar, Hong Kong juga merupakan gerbang perdagangan yang penting yang menghubungkan Mainland China dengan bagian dunia lainnya, termasuk ASEAN – yang merupakan mitra dagang terbesar ke-2 pada tahun 2017. Oleh karenanya, akan bermanfaat bagi perusahaan di ASEAN – termasuk perusahaan Indonesia - untuk menggunakan Hong Kong dalam memanfaatkan peluang terkait proyek BRI. Dalam dukungannya terhadap BRI, Pemerintah Hong Kong telah mengembangkan Portal Belt and Road untuk HKTDC sejak tahun 2015 dan melaksanakan Belt and Road Summit Tahunan sejak 2016.

Dalam pandangannya mengenai ekonomi Indonesia, Ali Setiawan, Head of Global Markets and HSS PT Bank HSBC Indonesia, membahas transisi perekonomian di Indonesia dan perubahan positif dalam struktur permintaan domestik, serta efek positif dari stabilitas investasi infrastruktur di China dan tren kontribusi konsumsi yang meningkat dalam pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negara tersebut.

Di Indonesia, walaupun konsumsi masyarakat tetap stabil dalam beberapa tahun terakhir, struktur permintaan domesik menunjukkan adanya potensi peningkatan investasi bruto. Langkah-langkah yang diambil Pemerintah untuk memberikan insentif bagi investasi sektor swasta dipandang sebagai faktor kunci, terutama dengan mempertimbangkan adanya potensi peningkatan FDI.

HSBC merupakan mitra bagi Pemerintah China dalam Skema BRI dan telah melakukan sebagian besar bisnisnya di Asia, melalui keberadaaan di seluruh area sasaran BRI termasuk Indonesia – di mana HSBC memiliki posisi yang unik, sebagai badan hukum lokal berjangkauan global. HSBC siap menjalin hubungan dengan Pemerintah Indonesia – termasuk Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kementerian BUMN. Dalam memberikan layanannya bagi perusahaan lokal, HSBC juga menempatkan dirinya sebagai mitra bisnis – bukan sebagai pesaing – bagi bank lokal lainnya, memberikan layanan dalam hal-hal yang tidak dicakup oleh bank lain tersebut.

Forum Bisnis HSBC mengenai Pengembangan Jaringan Usaha Indonesia-China diadakan oleh PT Bank HSBC Indonesia pada tanggal 28 Februari 2018 di Fairmont Hotel Jakarta, dihadiri oleh delegasi dari berbagai industri di China untuk memperoleh berbagai peluang investasi, jaringan dan kemitraan baru.

Hubungi kami

Bicara, telepon atau buat perjanjian